Langsung ke konten utama

Pegagan: Herbal Awet Muda dan Panjang Umur

Pegagan: Herbal Awet Muda dan Panjang Umur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

‘Satu hari dengan satu daun pegagan akan menyehatkan,dengan dua daun pegagan akan panjang umur’. (ungkapan India tentang khasiat pegagan)

Kalau Anda sering jalan-jalan di pematang sawah, Anda akan menemui tanaman perdu yang disebut pegagan , yang sering diremehkan orang. Padahal, pegagan mempunyai khasiat seabreg untuk kesehatan kita. Pegagan, yang biasa dibuat lalap oleh orang Sunda dan diurap oleh orang Melayu ternyata mempunyai segudang manfaat yang berguna bagi kesehatan fisik maupun mental. Herba yang berasal dari India ini, dikenal secara umum dengan nama gotukola (latin: Centella Asiatic) adalah tanaman liar yang tumbuh di tanah basah dan lembab dan telah lama digunakan sebagai ramuan yang berkhasiat mengobati penyakit di China dan Indonesia. Kalau di Cina terkenal dengan ginsengnya, maka di India herbalist menggunakan pegagan sebagai tonikum otak dan tonikum untuk panjang usia.

Pegagan mempunyai banyak kegunaan sebagai herbal yang mengobati. Di Indonesia sendiri, pegagan selain dipakai sebagai herbal ob
... baca selengkapnya di Pegagan: Herbal Awet Muda dan Panjang Umur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

children in sudan 1

by isam Hello all I'm Issam from Sudan I am very much interested on the situation of children in Sudan I Will tell you about the children of the Sudan from the point of my own Also convey to you the writings of some writers of Sudanese Above of all be fair I will even convey to you the report of the Organization for Human Rights The report is long and will give it to you on several parts Children in Sudan: Slaves, Street Children and Child Soldiers ACKNOWLEDGMENTS This report was written by Jemera Rone, Counsel to Human Rights Watch. Lois Whitman, Director of the Human Rights Watch Children's Rights Project, edited the report. Ms. Rone conducted the research for the report with Human Rights Watch Leonard H. Sandler Fellow Brian Owsley during a mission to Khartoum, Sudan, from May 1-June 13, 1995, at the invitation of the Sudanese government. Interviews in Khartoum with nongovernment people and agencies were conducted in private, as agreed with the government before the mission

Jangan Percayai Informasi!

Alkisah, ada sebuah perlombaan di sebuah desa. Lomba khas 17 Agustusan itu salah satunya adalah panjat pinang. Tapi, ada yang istimewa sore itu. Pinangnya kali ini diolesi cairan yang sangat sangat licin, yang katanya, tak mungkin dipanjat. Karena itu, hadiah yang diberikan terhitung besar. Uang jutaan! Sang panitia berani memberikan hadiah sebesar itu karena merasa yakin tak ada yang bisa memanjat pinang tersebut. Sampai sore, memang tak ada satu pun peserta yang berhasil. Berbagai cara ditempuh, seperti mengoleskan pasir ke tubuh, hingga mengoleskan lem superkuat untuk merekatkan diri pada pinang. Setelah hampir tak ada yang berhasil, serombongan orang datang untuk mencoba. Karena sejak pagi tak ada yang berhasil, maka orang-orang pun menyoraki rombongan tadi. “Hoiii… percuma kalian mencoba. Pasti gagal, pinangnya licin sekali…!” Tapi, rombongan tersebut tetap bergeming. Mereka pun mulai mencoba dan mencoba lagi, pantang menyerah. Semakin dicoba, semakin lama mereka disoraki. “Su

POTENSI DAN MANFAAT SELF-PUBLISHING

05 Agustus 2008 – 13:29   (Diposting oleh: Editor) Seri Artikel Write & Grow Rich Tren penerbitan mandiri ( self/independent publishing ) sudah tak terbendung lagi. Kini, semakin banyak saja individu atau lembaga dari berbagai strata sosial dan ekonomi memanfaatkannya. Keberadan mereka, di satu sisi sungguh-sungguh semakin menggairahkan dinamika penerbitan nasional. Namun di sisi lain, menjamurnya penerbitan mandiri juga berarti “tercuri”-nya sebagian dari ceruk atau potensi pasar penerbitan-penerbitan umum. Walau begitu, sejauh tren tersebut semakin memperkaya khasanah perbukuan nasional, rasanya patut disambut positif. Mengapa self/independent publishing menggejala bahkan bisa dikatakan semakin ngetren? Barangkali, itu merupakan pendobrakan atas dominasi cara penerbitan sebelumnya yang masih didominasi oleh penerbitan-penerbitan umum. Begitu kran demokrasi dibuka lebar-lebar, soal penerbitan pun bukan sesuatu yang sakral lagi dan sekarang semua orang bisa melakukannya. Pada